Berjiwa Besar Atau Berjiwa Kerdil, Apa Indikatornya? “Orang Besar Belum Tentu Berjiwa Besar. So, Jadilah Orang Berjiwa Besar Walaupun Kita Hanyalah Orang Kecil”
Di dalam kehidupan seseorang adakalanya manusia memikirkan
kehidupannya sendiri, merekalah yang berorientasi pada cita-cita di kehidupan
pribadinya. Adapula manusia yang memikirkan kepentingan rakyat umum, merekalah
pencetak sejarah, pahlawan berjiwa besar. Dalam hal ini mari kita ingat kembali
kutipan dari khalifah Umar Bin Abdul Aziz.
“Wahai istriku, aku telah diuji oleh Allah dengan jabatan
ini dan aku sedang teringat kepada orang-orang miskin, para janda, yang anaknya
ramai, rezekinya sedikit. Aku teringat orang-orang dalam tawanan, para fuqara’
kaum muslimin. Aku tahu mereka semua ini akan mendakwaku di akhirat kelak dan
aku bimbang aku tidak dapat jawab hujjah-hujjah mereka sebagai khalifah”
(Khalifah Umar bin Abdul Aziz). (serambinews.com, http://aceh.tribunnews.com/2018/03/16/berjiwa-besar)
Dari pola hidup seseorang dapat dinilai apakah seseorang itu
berjiwa besar atau kerdil. Dalam sejarah peradaban dunia, orang-orang besar
selalu mencurahkan pikirannya kepada hal-hal yang besar, yaitu memikirkan umat
atau rakyat banyak.
mulpix.com
|
Dalam kurun waktu ini, begitu banyak orang besar berjiwa
kerdil. Para pejabat dengan kemewahan hidupnya, padahal di belakangnya ada
rakyat kecil yang miskin hidupnya. Kalau kita kaji lebih, Khalifah Dinasti
Umayyah, yakni Khalifah Umar bin Abdul Aziz memerintah hanya dalam kurun waktu
tiga tahun. Namun bagaimana pencapaiannya? Apakah mereka yang memerintah dalam
periode yang lebih lama mampu mencapai prestasi yang diukir oleh sang khalifah?
Mari kita renungkan!
Apakah kita ingin menjadi seseorang yang mencetak mimpi
kehidupan pribadi sendiri, ataukah kita punya visi mencetak sejarah bagi banyak
orang dengan menjadi seseorang yang berjiwa besar. Memikirkan rakyat banyak dan
menjadi pahlawan bagi sesama?
Comments
Post a Comment